Tugas Pribadi ke-3

Posted by leopard in Tugas-tugas Knowledge Management on January 1st, 2010 |  2 Comments »

Berikan penjelasan dan sertai dengan contoh atau alasan untuk mendukung pandangan anda tentang aspek-aspek berikut :
(perhatikan untuk menjelaskan dan bukan menterjemahkan sesuai dengan isi slide)

1. Apa beda tacit knowledge dan explisit knowledge

Tacit knowledge adalah knowledge yang sulit untuk di share  karena knowledge tersebut merupakan pengetahuan hasil pemikiran dan pengalaman individu yg umumnya masih belum terdokumentasi.
Contoh : keahlian yang dimiliki seorang pelukis professional tidak mudah di share, karena keahlian tersebut didapatkan dari pengalaman dan pemahaman tentang teknik melukis yang dilakukan si pelukis. Sehingga untuk memiliki keahlian seperti itu, seseorang harus dilatih oleh si pelukis. Keahlian si pelukis sulit untuk di dokumentasikan karena untuk mendapatkannya harus dengan latihan dan pengalaman.

Explicit knowledge adalah knowledge yang mudah untuk di share karena knowledge tersebut umumnya sudah didokumentasikan secara logis, terstruktur dan mudah untuk dimengerti.
Contoh : buku panduan matematika yang berisi trik-trik dalam menyelesaikan model soal-soal yang rumit. Dengan panduan buku tersebut orang dapat menyelesaikan model soal yang sama dengan model soal di buku panduan.

Perbedaan tacit knowledge dan explicit knowledge terletak pada media dimana knowledge tersebut berada dan cara untuk share knowledge tersebut.

2. Bagaiman proses transfer diantara kedua knowledge tersebut pada orang-orang yang ada di organisasi

– Socialization (tacit to tacit) : tacit knowledge di share kepada orang lain dengan cara mengamati,mencontoh dan melatih tanpa mendokumentasikan dan mempublikasikan knowledge tersebut.
Contoh : montir A mampu melakukan perbaikan pada sebuah mobil dimana montir B tidak mampu untuk memperbaikinya. Kemudian montir A mengajari montir B bagaimana cara memperbaiki mobil tersebut dengan cara mempraktekkan langkah- langkah reparasi yg dilakukan montir A.

– Externalization (tacit to explicit): tacit knowledge di share dengan cara mendokumentasikan secara logis dan konseptual, sehingga mudah untuk dimengerti orang lain.
Contoh : setelah atau pada saat mempelajari trik montir A, montir B mendokumentasikannya/mencatatnya untuk sebagai pedoman apa bila montir B bertemu kasus yang sama.

– Combination (explicit to explicit) : explicit knowledge yang sudah dimiliki dan eksternal knowledge dikombinasikan untuk mengembangkan explicit knowledge yang sudah ada.
Contoh : dengan catatan yg dimiliki montir B, ia mencari sumber sumber pendukung yang berhubungan dengan kasus tersebut. membandingkan, mempelajari dan mengkombinasikannya dengan harapan mampu untuk memperbaiki kasus yang mirip dengan kasus sebelumnya.

– Internalization (explicit to tacit) : explicit knowledge yang sudah ada dipelajari dan dipraktekkan untuk mendapatkan tacit knowledge yang baru dan bermanfaat.
Contoh: berdasarkan explicit knowledge yg dimiliki montir B, montir lainnya dapat juga mempelajari dan mempraktekkannya.

3. Jelaskan beda dan struktur perubahdan dari data, informasi dan knowledge

Data merupakan satu/sekumpulan nilai yang didapatkan dari hasil observasi terhadap suatu komdisi tertentu yang belum memiliki arti atau makna bagi penggunanya. Contoh : data supplier, pengguna tidak mengetahui mana supplier yang menawarkan produk termurah, dll.

Informasi merupakan hasil dari pengolahan sekumpulan data yang sudah diolah sedemikian rupa sehingga memiliki arti dan makna yang jelas bagi penggunanya. Contoh : laporan berupa data supplier yang sudah diurutkan berdasarkan penawaran termurah.

Knowledge merupakan suatu pengetahuan yang didapat dari mempelajari dan memahami arti dan makna yang terdapat pada informasi. Contoh : cara atau trik yang dilakukan untuk mengelola stok yang ada dengan memanfaatkan informasi tentang supplier (history laporan supplier).

4. Jelaskan beda, maksud dan isi dari 3 model dasar Knowledge management (People, process dan technology)

People : adalah faktor utama dan actor dalam konsep knowledge management. Didalamnya terdapat budaya berbasis pengetahuan, knowledge worker, sharing knowledge, visi misi perusahaan, tujuan organisasi,dll.

Process : adalah aktivitas yang dilakukan People dalam memindahkan knowledge kedalam technology. Prosess ini meliputi 6 Core Process KM (Identification, Acquisition, Development, Sharing/Distribution, Utilization, Retention) .

Technology : adalah faktor pendukung atau infrastruktur untuk keberlangsungan Process. Didalamnya terdapat intranet/portal, data warehouse, pengarsipan digital,dll.

5. Jelaskan core process dari KM ?

– Knowledge Identification : melakukan identifikasi knowledge perusahaan secara lengkap, baik yg sudah dimiliki maupun knowledge yg belum dimiliki tapi di butuhkan perusahaan. Pada proses ini,  tidak hanya mengidentifikasi knowledge tetapi juga mengidentifikasi orang orang yang berpotensi menjadi knowledge worker.
Knowledge Identification sangat penting karena untuk membangun sebuah Knowledge Management, terlebih dahulu harus mengetahui apa saja knowledge yang sudah dimiliki oleh organisasi (baik knowledge yang dimiliki perorangan maupun team/organisasi) karena ini yang akan menjadi dasar untuk mencapai tujuan organisasi.

– Knowledge Acquisition : setelah mengidentifikasi knowledge, perusahaan perlu untuk melihat dan menyerap eksternal knowledge yang dibutuhkan. Knowledge yang akan diserap dan diterapkan tidak diterima secara menyeluruh tetapi terlebih dahulu disesuaikan dengan budaya perusahaan.
Knowledge Acquisition baik dilakukan untuk memperkaya ide-ide/knowledge yang nantinya akan sangat berguna untuk proses Knowledge Development.

– Knowledge Development : knowledge yang sudah diidentifikasi kemudian dikelola untuk dikembangkan dan menunjang penciptaan ide baru,skill baru, produk baru, dan proses yang lebih efektif dan efisien.
Dengan Knowledge Development diharapkan knowledge didalam organisasi dapat berkembang sehingga menciptakan ide-ide baru dan knowledge baru yang mampu mendukung tercapainya tujuan organisasi secara lebih efektif dan efisien.

– Knowledge Sharing/Distribution : setelah pengembangan, knowledge yang sudah ada harus digunakan secara group dan perlu untuk membangun budaya sharing knowledge melalui system yang ada di dalam organisasi dan digunakan oleh pihak yang benar.
Dengan Knowledge Sharing sangat penting didalam membangun sebuah Knowledge Management karena dengan sharing diharapkan knowledge tersebut tidak diam ditempat melainkan dapat membantu perkembangan knowledge didalam organisasi.

– Knowledge Utilization : setelah proses sharing,  kemudian dipastikan bahwa knowledge dapat diimplementasikan dan berguna bagi perusahaan.
Dalam membangun sebuah Knowledge Management, perlu untuk memastikan bahwa knowledge yang dimiliki dan yang akan digunakan harus selaras dengan tujuan organisasi dan tidak menyimpang dari tujuan organisasi.

– Knowledge Retention : memastikan bahwa knowledge yang sudah dimiliki tidak hilang dan tetap ada digunakan didalam perusahaan.
Sebuah knowledge Management akan tetap berjalan apabila knowledge yang dimiliki tetap berada didalam organisasi sehingga perlu untuk mempertahankannya.

Tugas Pribadi ke-2

Posted by leopard in Tugas-tugas Knowledge Management on January 1st, 2010 |  66 Comments »

Pelajari ketiga kasus berikut dan berikan uraian sesuai pertanyaan yang ada

Mini case 1: The limitations of 100 case histories of industrial mergers (DaimlerChrysler)

In May 1998 the German concern, Daimler, merged with Chrysler, America’s third biggest automobile manufacturer. In September 1999, The Economists reported on the state of the marriage. Noting that the deal was ‘hailed as an inspiration, because of the neat fit of the firms’ products and markets’ and that the logic behind the merger was ‘as impeccable as ever’, the newspaper highlighted some Post-merger setbacks, including:
o    The defection of a stream of talented designers and managers’ to Ford and General Motors’ down the road in Detroit’
o    The issue of selecting one location for corporate headquarters; sooner or later the company will have to choose between Stuttgart and Detroit
o    Clashes of management style at board level; German managers preferred reading 50 page documents before key meetings, whereas their American counterparts did more talking and wanted less documentation before the meetings (it appears that the American style has prevailed)
o    Different styles at lower levels of management about the presentation of reports (German managers are inclined to accept the reports researched by subordinates, whereas the American style is ‘look at’ them later)

No involvement for American designers in Mercedes cars
It is, however, remarkable to read that Daimler instigated a strategic analysis to ensure that the project was well planned and executed. This analysis reviewed 100 past mergers, noted that around 70% fail to achieve their goals, and concluded that the key to success lay less in price and more in strategic fit and post-merger integration. As The Economist reported: ‘The result has been a post-merger plan devised with great attention to detail, a dozen teams of managers from the two sides focusing on every aspect of the merged team; a specially designed database to monitor daily progress; and an attempt to ensure the backing of the board at every stage.’ In some respects the integration is running ahead of targets and in September 1999 it was anticipated that costs of around $1.4 billion would be saved by the end of the year. But, as The Economist said: ‘Although merging the two companies was never going to be easy, nobody expected it to be this hard.’

Question:
1. Apa saja masalah yang dihadapi dalam penggabungan itu baik dari tingkat Top, Middle maupun Low
– Pembelotan desainer dan manajer berbakat ke Ford dan General Motors menyusuri jalan di Detroit
– Masalah memilih satu lokasi untuk kantor pusat perusahaan; cepat atau lambat perusahaan akan harus memilih antara Stuttgart dan Detroit
– Bentrokan gaya manajemen di tingkat board; manajer jerman lebih suka membaca dokumen 50 halaman sebelum pertemuan kunci, sedangkan rekan-rekan Amerika mereka melakukan lebih banyak bicara dan ingin kurang dokumentasi sebelum pertemuan
– Gaya yang berbeda pada tingkat manajemen yang lebih rendah tentang penyajian laporan (manajer Jerman cenderung untuk menerima laporan diriset oleh bawahan, sedangkan gaya Amerika adalah melihat laporan tersebut kemudian)

2. Apa yang melatarbelakangi hal tersebut bisa terjadi (point 1)
– Para designer dan manager berbakat yg membelot merasa bahwa knowledge mereka bersifat ekslusif dan hanya boleh dimiliki oleh mereka (kelompok), karena mereka beranggapan bahwa knowledge tersebut berasal dari mereka sendiri, bukan dari perusahaan
– Butuh waktu dan tempat untuk melakukan penyelarasan KM antara kedua perusahaan (penentuan kantor pusat untuk tempat penyelarasan KM kedua perusahaan)
– Perbedaan kultur atau faktor budaya antara kedua perusahaan, dimana perbedaan tersebut sangat bertolak belakang satu sama lain.

3. Apa strategi untuk mengatasinya
– Membangun komunikasi yang baik antar karyawannya dan menciptakan suasana yang kondusif agar karyawan memiliki kepercayaan dalam hal sharing knowledge
– Komunikasi tatap muka masih tetap dianggap sebagai cara komunikasi yang terbaik, sehingga perlu ditentukan kantor pusat. Komunikasi ini juga bisa diatasi dengan menggunakan teknologi canggih seperti menggunakan tele-conference atau e-commerce
– Melakukan penyelarasan/penyesuaian antar kedua budaya dan menciptakan suatu budaya yang bisa diterima oleh kedua perusahaan

======================================================

Mini case 2: Beer Game Mengamuk

Artikel bagus diambil dari buku Intellectual Capital karangan Thomas A. Stewart. Bukunya sudah cukup lama tapi masih tetap direkomendasikan
Sebuah contoh bagus tentang bagaimana informasi berpindah dalam hierarki muncul di e-mail saya. Isinya adalah surat-menyurat antara seorang staf hotel di London dan salah satu tamunya. Para pembaca Fifth Discipline dari Peter Senge akan mengenalinya sebagai sebuah kasus Beer Game mengamuk.
________________________________________
Pelayan yang terhormat,
Tolong jangan tinggalkan lagi batangan sabun kecil di kamar mandi saya karena saya telah membawa sendiri sabun Dial saya. Tolong pindahkan ke-6 batang sabun kecil yang belum dibuka dari rak di bawah kotak obat dan 3 lagi di tempat sabun dekat pancuran air. Sabun-sabun itu menghalangi saya.
Terima kasih,
S. Berman
________________________________________
Penghuni Kamar 635 yang terhormat,
Saya bukan pelayan tetap Anda. Pelayan tetap Anda sedang cuti, ia akan kembali besok, Kamis. Saya telah mengambil 3 batang sabun dari tempat sabun di pancuran Anda sesuai dengan yang Anda kehendaki. Enam batang di rak Anda telah saya pindahkan ke atas tempat untuk membuang Kleenex seandainya Anda berubah pikiran. Hanya ada 3 batang sabun yang saya tinggalkan hari ini sesuai instruksi manajemen untuk meninggalkan 3 batang sabun tiap harinya. Saya harap ini cukup memuaskan.
Kathy, Pelayan Pengganti
________________________________________
Pelayan yang terhormat,
Saya harap Andalah pelayan tetap saya. Tampaknya Kathy tidak memberitahu Anda tentang pesan saya kepadanya. menyangkut batangan-batangan kecil sabun. Ketika saya kembali ke kamar saya sore ini, saya melihat bahwa Anda telah menambahkan 3 sabun Camay kecil ke rak di bawah kotak obat. Saya akan berada di hotel ini untuk 2 minggu dan saya telah membawa sabun Dial saya. jadi, saya tidak akan memerlukan ke-6 sabun Camay kecil yang berada di rak. Sabun-sabun tersebut menghalangi saya bercukur, menggosok gigi, dan lain-lain. Tolong pindahkan mereka.
S. Berman
________________________________________
Tuan Berman yang terhormat,
Hari cuti saya berakhir pada hari Rabu. jadi, pelayan pengganti meninggalkan 3 sabun hotel yang telah diinstruksikan oleh manajemen. Saya telah mengambil ke-6 sabun yang menghalangi Anda dan menaruhnya ke tempat sabun, tempat sabun Dial Anda berada. Saya menaruh Dial Anda di kotak obat untuk memudahkan Anda. Saya tidak memindahkan ketiga sabun yang selalu ditempatkan dalam. kotak obat untuk sernua penghuni baru dan yang tidak memberatkan Anda ketika Anda mulai menghuni hotel ini Senin lalu. Tolong beritahu saya bila saya dapat membantu Anda nanti.
Pelayan tetap Anda, Dotty
________________________________________
Yang terhormat, Tuan Berman,
Asisten Manajer, Tuan Kensedder, memberitahu saya pagi ini bahwa Anda memanggilnya kemarin sore dan mengatakan bahwa Anda tidak puas dengan layanan pelayan Anda. Saya telah menugaskan seorang pelayan wanita baru untuk kamar Anda. Saya harap Anda dapat menenima permintaan maaf saya atas ketidaknyamanan yang lalu. Jika kelak Anda mempunyai masalah, harap Anda menghubungi saya agar saya dapat memberi perhatian khusus. Hubungi saluran 1108 antara jam 8 pagi sampai jam 5 sore. Terima kasih.
Elaine Carmen, Pengurus Rumah Tangga
________________________________________
Yang terhormat, Nona Carmen,
.Sangat ticlak mungkin menghubungi Anda lewat telepon karena saya berangkat dari hotel jam 7.45 pagi untuk berdagang dan tidak akan kembali sebelum jam 5.30 atau jam 6.00 malam. Itulah sebabnya saya memanggil Tuan Kensedder kemarin. Anda telah bebas tugas. Saya hanya bertanya kepada Tuan Kensedder apakah ia dapat melakukan sesuatu atas sabun-sabun itu. Pelayan baru yang Anda tugaskan itu tentu mengira saya baru saja masuk di sini, karena ia meninggalkan lagi 3 batang sabun hotel di kotak obat saya bersama pengiriman 3 batang sabun di lemari kamar mandi secara teratur. Hanya dalam waktu 5 hari saya di sini, saya telah memperoleh 24 batang sabun. Mengapa Anda lakukan ini terhadap saya?
S. Berman
________________________________________
Yang terhormat, Tuan Berman,
Pelayan Anda, Kathy, telah diberitahu untuk menghentikan pengiriman sabun ke kamar Anda dan menyingkirkan sabun-sabun kelebihannya. Jika saya masih dapat mernbantu, harap hubungi saluran 1108 antara pukul 8 pagi hingga pukul 5 sore. Terima kasih,
Elaine Carmen, Pengunis Rumah Tangga
________________________________________
Yang terhormat, Tuan Kensedder,
Sabun mandi Dial saya menghilang. Semua sabun telah diambil dari kamar saya termasuk sabun Dial saya. Kemarin saya kembali larut malarn dan harus memanggil pelayan untuk membawakan 4 sabun Cashmere Bouquet kecil.
S. Berman
________________________________________
Yang terhormat, Tuan Berman.
Saya telah memberitahu pengurus rumah tangga kami, Elaine Carmen, tentang persoalan sabun Anda. Saya sendiri tidak mengerti mengapa ticlak ada sabun di kamar Anda karena pelayan-pelayan kami diinstruksikan untuk meninggalkan 3 batang sabun setiap kali mereka merapikan kamar. Situasi ini akan dibereskan dengan secepatnya.
Martin L. Kensedder, Asisten Manajer
________________________________________
Yang terhormat, Ny. Carmen,
Siapa kiranya yang meninggalkan 54 batangan kecil sabun Camay di kamar saya? Saya kembali kemarin malarn dan menemukannya. Saya tidak menginginkannya. Saya hanya menginginkan sebatang Dial kepunyaan saya. Apakah Anda menyadari bahwa saya mempunyai 54 batang sabun di sini. Yang saya inginkan hanyalah sabun mandi Dial saya. Tolong kembalikan sabun mandi Dial saya.
S. Berman
________________________________________
Yang terhormat, Tuan Berman,
Anda mengeluhkan tentang terlalu banyak sabun di kamar Anda, jadi saya memindahkannya. Kemudian Anda mengeluh kepada Tuan Kensedder bahwa semua sabun Anda menghilang, jadi saya sendiri yang mengembalikannya. Ke-24 Camay yang telah diambil dan 3 Camay yang seharusnya Anda terima tiap hari (dikutip langsung). Saya tidak tahu apa pun mengenai ke-4 sabun Cashmere Bouquet. jelas sekah bahwa pelayan Anda, Kathy, tidak mengetahui bahwa saya telah mengembalikan sabun-sabun Anda. jadi, ia juga membawa 24 Camay ditambah 3 Camay harian. Saya tidak tahu dari mana Anda mendapat ide bahwa hotel ini mengeluarkan sabun mandi Dial. Namun, saya berhasil menemukan beberapa sabun mandi Ivory yang saya tinggalkan di karnar Anda.
Elaine Carmen, Pengurus Rumah Tangga
________________________________________
Yang terhormat Ny. Carmen,
Hanya sekadar catatan singkat untuk memberitahu Anda tentang persediaan sabun saya yang terakhir. Sampai pada hari ini saya mempunyai:
Di rak di bawah kotak obat–18 Camay dalarn 4 tumpuk dari 4 batang dan 1 tumpuk dari 2 batang. Di atas dispenser Kleenex—11 Camay dalam 2 tumpuk dari 4 batang dan 1 tumpuk dari 3 batang,
Di meja rias kamar–l tumpuk dari 3 batang Cashmere Bouquet, 1 tumpuk dari 4 batang Ivory ukuran hotel, dan 8 Camay dalarn 2 tumpuk dari 4 batang.
Di dalam kotak obat–14 Camay dalam 3 tumpuk dari 4 batang dan 1 tumpuk dari 2 batang. Di tempat sabun pancuran–6 Camay, sangat lembab.
Di sudut timur laut bak–1 Cahsmere Bouquet, sedikit terpakai.
Di sudut barat laut bak–6 Camay dalam 2 tumpuk dari 3 batang.
Tolong beritahu Kathy agar ketika ia membersihkan kamar saya, pastikan bahwa tumpukan tumpukan itu disusun dengan rapi dan dibersihkan dari debu. Juga nasihati ia. bahwa tumpukan lebih clari 4 batang cenderung ambruk. Boleh saya sarankan bahwa jendela kamar tidur saya belum digunakan dan akan menjadi tempat yang bagus untuk pengiriman sabun selanjutnya. Satu hal lagi, saya telah membeli satu batang sabun Dial yang saya simpan di lemari besi hotel untuk menghindarkan kesalahpahaman di masa datang.
S. Berman

Question:
1. Apa masalah sebenarnya yang anda lihat terjadi antara pihak hotel dan pelanggannya tersebut

Miss komunikasi antara pelanggan dan pihak hotel, dimana pelanggan hanya meminta untuk tidak dikirimi lagi sabun hotel karena pelanggan sudah mempunyai sabun Dial milik sendiri. Sedangkan di pihak hotel terjadi miss komunikasi antara pelayan tetap, pelayan pengganti, asisten manager, dan pengurus rumah tangga, sehingga sabun Dial milik pelanggan terabaikan dan digantikan dengan sabun hotel.

2. Asumsikan informasi tersebut sampai dalam bentuk potongan sesuai dengan email yang dituju. Apa kesalahan orang-orang dalam hierarki tersebut ?

– Pelayan pengganti:

“Tampaknya Kathy tidak memberitahu Anda tentang pesan saya kepadanya. menyangkut batangan-batangan kecil sabun. Ketika saya kembali ke kamar saya sore ini, saya melihat bahwa Anda telah menambahkan 3 sabun Camay kecil ke rak di bawah kotak obat. “ (email S. Berman kepada Dotty)

Pelanggan pengganti tidak memberitahukan kepada pelayan tetap bahwa pelanggan tidak ingin dikirimi sabun lagi.

– Pelayan tetap:

“Ketika saya kembali ke kamar saya sore ini, saya melihat bahwa Anda telah menambahkan 3 sabun Camay kecil ke rak di bawah kotak obat.” (email S. Berman kepada Dotty)

– Asisten manager:

“Sabun mandi Dial saya menghilang. Semua sabun telah diambil dari kamar saya termasuk sabun Dial saya. Kemarin saya kembali larut malarn dan harus memanggil pelayan untuk membawakan 4 sabun Cashmere Bouquet kecil” (email S. Berman kepada Kensedder)

“Saya telah memberitahu pengurus rumah tangga kami, Elaine Carmen, tentang persoalan sabun Anda. Saya sendiri tidak mengerti mengapa ticlak ada sabun di kamar Anda karena pelayan-pelayan kami diinstruksikan untuk meninggalkan 3 batang sabun setiap kali mereka merapikan kamar.” (email Kensedder kepada S. Berman)

Kensedder tidak mengetahui tentang sabun Dial dan tidak memperhatikan isi email S. Berman.

– Pengurus rumah tangga:

“Pelayan Anda, Kathy, telah diberitahu untuk menghentikan pengiriman sabun ke kamar Anda dan menyingkirkan sabun-sabun kelebihannya
Pengurus rumah tangga menyuruh pelayan untuk menghentikan pengiriman sabun dan menyingkirkan semua sabun.  (email Carmen kepada S.Berman)

”Saya hanya menginginkan sebatang Dial kepunyaan saya. Apakah Anda menyadari bahwa saya mempunyai 54 batang sabun di sini. Yang saya inginkan hanyalah sabun mandi Dial saya. Tolong kembalikan sabun mandi Dial saya.” (email S. Berman kepada Carmen)

” Anda mengeluhkan tentang terlalu banyak sabun di kamar Anda, jadi saya memindahkannya. Kemudian Anda mengeluh kepada Tuan Kensedder bahwa semua sabun Anda menghilang, jadi saya sendiri yang mengembalikannya.” ”Saya tidak tahu apa pun mengenai ke-4 sabun Cashmere Bouquet. jelas sekah bahwa pelayan Anda, Kathy, tidak mengetahui bahwa saya telah mengembalikan sabun-sabun Anda. jadi, ia juga membawa 24 Camay ditambah 3 Camay harian.”
” Saya tidak tahu dari mana Anda mendapat ide bahwa hotel ini mengeluarkan sabun mandi Dial. Namun, saya berhasil menemukan beberapa sabun mandi Ivory yang saya tinggalkan di karnar Anda.”

Carmen tidak mengetahui tentang sabun Dial dan menyuruh Katty untuk menyingkirkan semua sabun termasuk sabun dial tersebut dan menganggap bahwa S. Berman mengada-ada tentang sabun Dial.

3. Apa solusi yang anda tawarkan agar permasalahan serupa tidak akan terjadi lagi
– Membangun komunikasi horizontal antar karyawan, tanpa melihat kedudukan/posisi/jabatan, sehingga informasi yang diperlukan untuk mendukung kegiatan bisnis dapat tersebar dengan baik dan tidak terjadi miss komunikasi.
– Sebaiknya ada sebuah bagian atau orang yg ditunjuk sebagai penerima/penampung keluhan pelanggan (missal: customer service), sehingga lebih terarah dan teratur, dan pihak hotel tidak bertindak sendiri sendiri dan manager lebih mudah dan lebih tepat dalam mengatur/menentukan tindakan terhadap keluhan tersebut.

======================================================

Mini case 3: Taco Cases
“Pabrik kecil terindah yang ingin Anda lihat” -Begitulah yang dideskripsikan sang pemilik, John Hazen White. Setelah beberapa menit meninggalkan Interstate 95 di Cranston, Pulau Rhode-sebuah pabrik kecil yang indah di Cranston?–di sebelah kiri Anda terlihat sebuah bangunan rendah dari bata merah; dari salah satu sudutnya terdapat menara jam empat tingkat. Selama bertahun-tahun jendela kaca memberikan kesan yang kosong; sekarang bagian muka jam-yang dipasang tahun 1994-sekali lagi berfungsi. Inilah perusahaan Taco, Inc.-sebuah perusahaan penghasil pompa dan katup, yang jadi bukti modal manusia.
Sebagian besar pekerja Taco bekerja di pabrik ini, dan beberapa lainnya ada di pinggiran Sungai Fall, Massachusetts, kampung asal Lizzie Borden. Orang-orang di sana adalah campuran New England yang umum; Irlandia dan Italia, dan Prancis-Kanada, dan sering kali imigran Hispanik dan Asia Tengggara. Ketika Anda memasuki bangunan, seorang penerima tamu duduk langsung di depan Anda di belakang jendela dorong dari kaca. Di sebelah kanan, melalui sebuah tangga. Anda akan sampai ke kantor eksekutif. Di antaranya ada sebuah pintu bertulisan: PUSAT BELAJAR.
Di dalam ruang ini, terdapat kelas-kelas, lab komputer, sebuah perpustakaan, dan sebuah ruang konferensi, dan di akademi dan universitas publik di sekitarnya, perusahaan swasta kecil ini (dengan penjualan tahun 1995 antara $89 – $90 juta) menyediakan kesempatan belajar yang menggiurkan bagi para pekerja-lebih 6 lusin jenis kursus. Di antaranya materi standar dan ringkas seperti program orientasi, latihan kebakaran dan keamanan, pengenalan terhadap produk Taco, program menurunkan berat badan, serta program berhenti merokok. Namun masih ada lagi.
Semua rangkaian pelatihan jelas sangat berhubungan dengan pekerjaan: Ini adalah kelas-beberapa diajarkan di perguruan tinggi-membaca cetak biru, permesinan CNC, audit ISO 9000, proses pengendalian statistik, Total Quality Management, metode-metode manufaktur, pelayanan konsumen, keterampilan menelepon, hukum pekerja. Tetapi masih ada lagi.
Pada juni 1995, lima pekerja Taco meraih diploma yang setara untuk tingkat SMA, Taco menawarkan tiga tingkat kursus; bahasa Inggris sebagai bahasa kedua, melipatgandakan nilai pelatihan dengan menggunakan bahasa tersebut untuk memperkenalkan sejarah Amerika kepada para pelajar, mengajarkan bagaimana cara menghadapi masalah dengan sekolah-sekolah anak-anak mereka, dan menolong mereka belajar keterampilan mengatur uang. Selusin pekerja telah mengambil Pelajaran Percakapan dalarn bahasa Spanyol I dan II, agar dapat berkomunikasi secara lebih baik dengan rekan sekerja yang tidak berbahasa Inggris. juga ada pelajaran aritmetika, aljabar, menghitung, berpidato–dan seni dan bertaman. Tetap masih ada lagi.
Gubenur Pulau Rhode, walikota propinsi, dan pejabat masyarakat yang lain telah datang ke Taco untuk mendeskripsikan pekerjaan mereka dan menjawab berbagai pertanyaan. Hakim pengadilan tinggi datang untuk mengajarkan sejarah. Tujuh pekerja belakangan ini menyerahkan permohonan mendaftar kewarganegaraan Amerika. Anak-anak pekerja pergi menonton pertunjukan ikan paus dengan ahli kelautan dari Universitas Rhode island, dan setelah menghabiskan waktu selama dua minggu untuk membangun dekor, menulis naskah, dan berlatih, mereka lalu diajar memainkan alat musik petik dari anggota Rhode island Philharmonic dan melakukan pertunjukan musik.
Biaya yang harus ditanggung para pekerja; tidak ada, kecuali untuk pelajar di bidang seni yang harus membayar untuk bahan-bahan mereka. Biaya untuk Taco: seperempat juta dolar untuk mendirikan pusat pelatihan, yang telah dikeluarkan akhir tahun 1992; sekitar $200,000 per tahun untuk mengoperasikannya; dan sekitar $100,000 lagi untuk gaji ekstra dan kegagalan produksi tahunan. Jika berkaitan dengan pekerjaan, pekerja berhak mengikuti satu pelajaran pada satu waktu dan tetap digaji atas waktu yang mereka habiskan dalam kelas..
“Saya tidak tahu apa yang terjadi,” kata John Hazen White, “kecuali memang saya ingin melakukannya.” Sehat dan langsing, bermata bening di balik kaca mata, pria berusia 84 tahun ini telah mengambil alih Taco pada tahun 1942 ketika ayahnya-”Pak Tua”, panggilan White terhadap ayahnya-meninggal akibat serangan jantung ketika sedang mencoba untuk mendapatkan kontrak dari Departemen Pertahanan.
Seperti kebanyakan pemilik perusahaan swasta, White tidak memburu keuntungan, tetapi jelas Taco telah banyak memberikan hasil untuknya; Tiga universitas Rhode island-Brown, Johnson & Wales, dan Universitas Rhode Island-telah menerima jutaan dolar sumbangan darinya, dan Pramuka Laut negara bagian itu selama bertahun-tahun telah memulai pelayaran dalam perahu berukuran 54 kaki, sebuah kapal cutter berukuran 29 kaki, dan sebuah sekoci berukuran 40 kaki yang disumbangkannya.
Pengeluaran untuk pelatihan, pendidikan, dan kewarganegaraan. Apakah ini kebaikan hati yang bodoh dari idealisme seseorang yang berumur 80-an atau investasi seorang tua yang baik hati untuk masa depan bisnis keluarga? “Bukankah itu tergantung kami? Tentu saja,” kata White. Bagaimanapun juga dia menolak meletakkan nilai moneter atas balas jasa yang didapatnya: “Itu semua tergantung pada bentuk sikap. Orang-orang merasa mereka ikut menjadi pemain, bukan jadi bola dalam permainan.”
Jika tidak ada kuantifikasi manfaat dari pusat belajar Taco, maka keuntungan tidak akan ada juga. Taco membuat alat sirkulasi, pompa pompa, pengalir panas, pengatur aliran udara, dan berbagai jenis alat lain yang digunakan dalam peralatan pemanas rumah dan AC untuk penggunaan komersial dan perumahan. Kata John White, Jr., 39 tahun, (di sekitar pabrik, dia dikenal sebagai “Johnny” dan ayahnya adalah “Tn. White”), wakil direktur utama Taco: “Ketika saya bergabung dalam bisnis ini tahun 1982, setengah dari industri ini dimiliki perusahaan keluarga. Saya pernah menyaksikan perusahaan mati bagai lalat.”
Taco sendiri terkena tamparan keras pada resesi tahun 1990-1992, yang memukul bidang konstruksi dan juga Taco, dengan cukup berat. Perusahaan tidak mempunyai pertumbuhan penjualan dari tahun 1987 sampai 1991. Menurut Johnny White, walaupun tidak pernah merugi, tingkat keuntungannya kecil sekali. Pada musim semi 1991, penjualan tiba-tiba jatuh secara tajam: jika pada kuartal pertama trend bisnis tetap, maka bisnis Taco akan jatuh 20 persen. Bahkan mungkin tidak dapat bertahan hidup di New England, atau tetap tinggal dalam keluarga.
Ada tiga pilihan. Pertama untuk memotong biaya, pindah ke Selatan dengan tujuan mendapatkan buruh yang lebih murah, dan berharap dapat keluar dari badai; tetapi keluarga White telah melihat terlalu banyak saingan yang tidak bisa lolos dengan strategi itu. Pilihan kedua: melakukan hal yang omong kosong melalui masa resesi, membeli mesin-mesin baru, menerima kerugian, dan bertaruh akan melonjak saat masa pemulihan datang. Inilah risiko yang terlalu besar bagi White. Mereka memilih cara yang lebih sederhana tetapi lebih sulit, bertaruh bahwa modal manusia dapat melakukan apa yang tidak dapat dilakukan modal keuangan. Langkah pertama adalah mengendalikan biaya-biaya, yang berarti memotong pengeluaran modal yang telah direncanakan, dan dengan terpaksa memecat sekitar seperlima tenaga kerja pabrik dan tiga persepuluh staf kantor. Setelah menelan pil pahit tersebut, White mulai melaksanakan rencana: Menyerang persediaan dalam proses yang menyumbat pabrik, dengan demikian dapat menghasilkan
uang tunai; menginvestasi uang tunai tersebut untuk meningkatkan efisiensi pabrik; dan ketika resesi usai, menggunakan penjualan baru pada masa pemulihan untuk membeli peralatan besar sehingga meningkatkan kapasitas produksi tanpa menyewa pegawai tambahan.
Jika perbaikan yang pertama tidak dapat bergantung pada uang anggaran modal, maka untuk mencapainya bersumber pada modal manusia. Johnny White berkata: “Kami membuat komitmen yang tidak akan menggantikan manusia dengan mesin-pemecatan adalah untuk bertahan hidup, tidak untuk menggantikan-dan berkata, ‘Sekarang mari kita bereskan tempat ini’.”
Ada banyak hal yang harus dilakukan. Taco memburu persediaan dengan mencari ide-ide dan persetujuan pada setiap, langkah dari pekerja per jam. Proses kerja ditata ulang satu per satu. Pemasok diberi tahu untuk membuat pengantaran yang lebih kecil, namun lebih sering. Dulu ketika ada lini pekerja yang melakukan pekerjaan kecil terpisah (dengan bagian-bagian kecil yang datang dan pergi dengan hati-hati pada setiap stasiun), di sana mulai muncul kelompok pekerja yang melakukan beberapa operasi serta bekerja dengan kotak suku cadang yang lebih kecil. Stasiun kerja dijalankan untuk mempersingkat perjalanan operator forklift yang dilakukan ke tempat penyimpanan. Tidak ada satu pun perubahan yang besar-besaran, namun memang tidak dibutuhkan perubahan yang drastis. Johnny White berkata: “Perbedaan antara pabrik tersebut terlihat 4 tahun lalu dan pabrik di abad ke-19 adalah seperti ketika seorang wanita menggunakan sepatu berhak tinggi.”
Keberhasilan tergantung pada kemauan pekerja untuk menawarkan ide, nasihat, dan mempelajari tugas-tugas baru–dengan begitu dapat diperoleh keuntungan dari modal manusia terlepas dari modal fisik. Pusat Pelatihan menjadi pusat penawaran yang dibuat Taco bagi para pekerja, seperti dijelaskan Johnny White: “Anda melangkah masuk pabrik dan meningkatkan kemampuan kerja Anda; kami akan menyediakan alat-alat untuk melakukan hal itu.” Dididik dengan kursus-kursus TQM dan metode manufaktur serta diberdayakan melalui keterampilan keuangan dan kewarganegaraan yang mereka miliki, pekerja Taco melihat bahwa ide-ide mereka dapat membuat perbedaan. Sewaktu keadaan ekonomi berbalik, Taco memenuhi janjinya-membawa masuk peralatan baru, tetapi tidak otomatis yang membuat orang-orang kehilangan pekerjaan mereka. Setiap dolar yang Taco bayarkan untuk peralatan mengurangi biaya persediaan. Ini bukanlah pabrik terbagus yang Anda lihat, tetapi dari foto yang diambil pada tahun 1991 sulit membayangkan bangunan yang bercahaya, bersih, dan lapang seperti sekarang.
Dari titik rendah pada musim semi ‘ tahun 1991 sampai musim panas 1995, penjualan berlipat ganda. jurnlah pekerja-tingkat turnover karyawan kurang dari 1%.–tetap tidak berubah. Harga-harga jarang dianggarkan. Tingkat pertambahan produktivitas pekerja tahunan sekitar 20% -keuntungan yang mengejutkan-hampir semuanya diperoleh dari manusia dibandingkan mesin atau teknologi.
Taco mendapatkan hasil yang luar biasa ini hanya dengan kurang dari $700 per pekerja setiap tahun, ketimbang bonus yang biasanya diberikan dan pembagian keuntungan.

Question:
1. Apa pandangan Taco tentang KM
Taco memandang KM sebagai faktor utama dalam meningkatkan kualitas produksi, dan alat alat/teknologi hanya sebagai pendukung keberlangsungan proses produksi. Taco beranggapan bahwa modal manusia dapat melakukan apa yang tidak dapat dilakukan modal keuangan, yang berarti faktor utama dari KM adalah faktor orang.

2. Kira-kira apa harapan Taco dengan mengadakan berbagai pelatihan tersebut
– Membangun knowledge pada setiap karyawan
– Mampu meningkatkan kualitas produksi untuk bisa bersaing dengan perusahaan lain
– Mampu meningkatkan loyalitas karyawan
– Memperoleh keuntungan dari modal manusia terlepas dari modal fisik

3. Kalau anda diposisi John Hazer White, akankah anda melakukan hal yang sama atau ada strategi yang lain
Saya akan melakukan hal yang sama, dengan terlebih dahulu mengendalikan biaya-biaya, kemudian memperbaiki proses produksi dan membangun KM melalui pembentukan knowledge worker. Karena masalah utama Taco adalah tidak adanya pertumbuhan penjualan dari tahun 1987 sampai 1991 dan perubahan tren bisnis di bidang konstruksi di tahun 1990-1992.

4. Apa pendapatmu tentang strategi Taco di masa krisis
Merupakan strategi yang tepat. Karena kemajuan suatu perusahaan terletak pada knowledge yang dimiliki perusahaan (knowledge worker). Dengan memiliki knowledge tersebut maka perusahaan mampu bersaing/berkompetisi dengan yg lainnya.
Dalam pengembangan knowledgenya, Taco terlebih dahulu untuk mengidentifikasi knowledge internal dengan mencari ide-ide dan persetujuan pada setiap langkah dari pekerja per jam. Kemudian mengadakan pusat pendidikan untuk menyerap knowledge dari luar perusahaan dan menciptakan knowledge/ide ide baru melalui pusat pendidikan.  Kemudian karyawan mengimpelentasikan knowledge yg didapat dari pelatihan.

5. Apa hal penting yang bisa dipelajari
Faktor orang adalah faktor yang utama dalam CKM, sehingga perlu dilakukan penciptaan figure orang orang yang terbiasa dan bisa membangun budaya berbasis pendidikan. Teknologi hanya sebagai pendukung dalam pengembangan KM.

Tugas Pribadi ke-1

Posted by leopard in Tugas-tugas Knowledge Management on January 1st, 2010 |  4 Comments »

Mini case 1 – Saatchi & Saatchi
In December 1994, as a result of sustained pressure from the principal shareholders, Maurice Saatchi was dismissed from his post as chairman of the company. Saatchi, a controversial figure, had founded and managed the firm. His dismissal was intended to prevent a further sharp fall in the company’s share prices, and it was greeted with initial enthusiasm.
However, the consequences were fatal. Maurice Saatchi quickly formed a new company, continued to trade under the name of Saatchi, and recruited many of the most creative employees from the old company. Owing to this enormous loss of intellectual capital, CORDIANT, the company which succeeded SAATCHI & SAATCHI, lost customer accounts worth over £50m. in a matter of weeks. The share price collapsed by a further third in the following six months.

Mini case 2 – Volkswagen & General Motors
The danger of losing knowledge when key workers depart is by no means restricted to traditionally creative industries such as advertising, design or entertainment. A case in point is the dramatic move of Josh Ignacio Upez, chief of purchasing at GENERAL MOTORS, to VOLKSWAGEN.
This move was the subject of a lengthy debate. GENERAL MOTORS initially made massive demands for damages, alleging that documents or computer files had been transferred illegally. However, this dispute was eclipsed by the fact that here too, the loss of a key employee was followed by the exodus of a whole group of highly skilled managers. Uncoded intellectual assets of incalculable value were carried off in the heads of the renegades, and were irrevocably lost for GENERAL MOTORS.

Questions to answer
Untuk kedua kasus diatas berikan bahasan anda untuk :

o Apa faktor knowledge dalam penekanan kasus diatas?

Factor knowledge pada kasus diatas adalah knowledge worker, dimana knowledge worker sangat berpengaruh terhadap kelangsungan bisnis perusahaan.
Untuk menciptakan suatu value, kepemilikan knowledge worker juga harus didukung dengan pengelolaan knowledge worker tersebut.

o Apa saja kesalahan dari perubahan-perusahaan yang ada diatas?

– Tidak mampu untuk memanfaatkan knowledge yang dimiliki para knowledge worker sehingga perusahaan mengalami kerugian dan kehilangan knowledge worker nya.
– Pemecatan karyawan kunci/ knowledge worker dan membiarkan karyawan yang memiliki knowledge keluar dari perusahaan.

o Apa saja faktor pembelajaran yang didapat dari kasus pendek diatas?

– Penting untuk menjaga dan mempertahankan aset knowledge dan knowledge worker.
– Perusahaan perlu untuk mengetahui knowledge yg dimiliki para knowledge worker untuk di sharing dan untuk mengantisipasi hilangnya knowledge yg dikarenakan hilangnya knowledge worker.
– Perlu pengelolaan yang benar terhadap knowledge dan knowledge worker yang dimiliki perusahaan untuk menciptakan suatu value.

Inovasi Ala ‘The Toyota Way’

Posted by leopard in Case Knowledge Management on January 1st, 2010 |  96 Comments »

toyota_logo_2005Legenda The Toyota Way tentu sudah sering kita dengar. The Toyota Way adalah sebuah rahasia umum untuk menjelaskan keberhasilan Toyota menancapkan dominasinya di dunia otomotif secara pelahan tapi pasti. Saya katakan “rahasia umum” karena rahasia tersebut sebenarnya sudah diketahui banyak orang. Para kalangan akademis dan periset telah sering melakukan kunjungan kerja ke pabrik-pabrik Toyota dan mempelajarinya. Bukan itu saja, para eksekutif perusahaan kompetitor juga sudah sering berlalu lalang di pabrik-pabrik Toyota untuk melihat langsung proses kerja Toyota. Tidak, mereka tidak dalam misi mata-mata karena Toyota selalu menyambut semua tamu-tamunya dengan tangan terbuka.

Saya sendiri cukup beruntung pernah menjadi salah satu tamu pabrik Toyota di tepi kota Melbourne, Australia. Kunjungan tersebut tentu berusaha saya manfaatkan sebaik-baiknya, apalagi waktu yang disediakan untuk tour tersebut hanya sekitar 1 jam. Bagi para mayoritas pengunjung, mereka mungkin berharap menemukan sesuatu yang “wah” dan spesifik untuk menjelaskan keberhasilan Toyota. Saya juga tidak luput dari harapan demikian.

Tetapi apa yang saya temukan ternyata berbeda. Ya, pabrik Toyota tersebut memang cukup bersih. Saya tidak melihat tumpukan raw materials atau bahan-bahan setengah jadi seperti yang sering ditemukan di banyak pabrik-pabrik lain. Alasannya tentu saja lean manufacturing. Namun saya tidak menemukan adanya robot-robot yang lebih canggih atau sistem informasi yang kompleks untuk mengatur semuanya. Alih-alih, mereka malah menggunakan cara manual untuk mengatur stok. Metode permintaan stok mereka yang terkenal dengan nama kanban hanya terdiri dari beberapa kontainer yang harus diisi sesuai dengan permintaan yang ditulis dengan spidol biasa.

Kalaupun ada yang lebih menarik, maka itu adalah tali andon yang menggelantung di sepanjang jalur produksi. Tali ini adalah tali sakti karena bila tali ini ditarik, semua jalur produksi akan berhenti. Yang menarik adalah: tali tersebut bisa ditarik oleh siapa saja, termasuk karyawan yang baru bekerja satu hari! Bayangkan seorang karyawan muda yang berhak memutuskan kapan sebuah jalur produksi harus berhenti. Tentu saja pemberhentian jalur produksi tersebut harus dengan alasan yang baik, yaitu bila terdapat masalah. Karena jalur produksi berhenti, semua orang merasa bertanggung jawab untuk ikut menyelesaikan masalah tersebut. Upaya menyelesaikan masalah secara langsung pada sumbernya juga mengurangi potensi masalah akan terjadi berulang kali dan menumpuk menjadi masalah yang lebih besar.

Lantai pabrik tersebut juga menyediakan tempat khusus untuk berdiskusi dan menyelesaikan masalah. Diskusi seperti itu hampir pasti terjadi setiap hari. Lewat diskusi-diskusi seperti itu, proses kerja Toyota diperbaiki terus menerus setiap hari. Ya, setiap hari, bukan setiap tahun atau setiap bulan. Setiap hari! Perbaikan terus menerus ini bukan sekedar slogan, tapi sudah menjadi semacam obsesi. Saya masih teringat grafik-grafik yang ditempelkan di papan pengumuman yang mengilustrasikan berapa banyak ide-ide perbaikan dari karyawan pabrik yang masuk dan berapa yang direalisasikan. Grafik-grafik ini adalah saksi bisu betapa perbaikan terus menerus sudah menjadi darah daging semua karyawan pabrik. Kalau ada satu rahasia terbesar keberhasilan Toyota, mungkin inilah rahasianya.

Toyota sudah dianggap sebagai salah satu perusahaan paling inovatif di dunia. Diramalkan dalam waktu tidak lama lagi Toyota akan berhasil menggeser GM sebagai produsen mobil terbesar di dunia. Tetapi menariknya inovasi Toyota tidaklah seperti inovasi Apple atau Google yang secara terus-menerus mengeluarkan produk-produk yang menjadi bahan pembicaraan umum. Toyota memang sesekali mengeluarkan produk inovatif seperti Lexus atau Prius, tetapi pada kebanyakan kasus, inovasi Toyota berlangsung di belakang layar, sedikit demi sedikit, dan berlandaskan ide-ide dari para karyawan di tingkat terbawah. Inilah yang membedakan Toyota dengan perusahaan-perusahaan inovatif lainnya.

Itu juga alasan mengapa Toyota bisa saja membuka pintunya lebar-lebar untuk para pesaing dan tidak perlu khawatir para pesaingnya bisa menirunya. GM yang pernah membangun pabrik bersama dengan Toyota lewat program NUMMI memang berhasil belajar sedikit dari Toyota, tetapi tetap tidak mampu menyaingi Toyota. Resep sukses dan inovasi Toyota tidak terletak pada para lulusan MBA, teknik-teknik, alat-alat bantu, robotika, atau sistem informasi yang canggih. Resep keberhasilan dan inovasi Toyota terletak pada budaya perusahaan dan cara berpikir semua anggota perusahaan yang percaya bahwa setiap orang memiliki kemampuan untuk berinovasi dan setiap orang harus diberi kesempatan untuk menyumbangkan dan merealisasikan idenya.

Rahasia tersebut sebenarnya bukanlah rahasia, tetapi sudah merupakan pengetahuan umum. Tetapi apa yang menjadi pengetahuan umum belum tentu menjadi praktek umum. Jurang antara pengetahuan dan praktek tersebut adalah alasan mengapa Toyota berhasil sementara perusahaan-perusahaan otomotif besar lainnya seperti GM, Ford, dan DaimlerChrysler masih bergelut dengan masalah mereka masing-masing.

Rahasia tersebut juga bukan monopoli industri otomotif. Perusahaan Anda bisa mempelajarinya. Anda juga bisa mempelajarinya untuk kehidupan pribadi Anda. The Toyota Way adalah sebuah filosofi, bukan kumpulan teknik-teknik.

======================================================

saya akan mencoba untuk membahasnya dari sisi Developing Knowledge.

Proses pembangunan knowledge dapat dilihat pada kegiatan berdiskusi dan menyelesaikan masalah yang dilakukan rutin setiap harinya. Disini setiap karyawan bisa melakukan sharing ide atau masalah yang dimiliki/ditemukan selama melakukan aktifitas dilingkungan kerja.

Dengan adanya kegiatan berdiskusi tersebut, dapat terhindar dati duplikasi riset/pengembangan dan perbaikan, karena setiap karyawan (terutama orang yang terkait secara langsung) dituntut untuk berpartisipasi didalamnya.

Toyota memiliki budaya perusahaan dan cara berpikir semua anggota perusahaan yang percaya bahwa setiap orang memiliki kemampuan untuk berinovasi dan setiap orang harus diberi kesempatan untuk menyumbangkan dan merealisasikan idenya. Setiap anggota perusahaan di berikan kebebasan untuk mendukung terciptanya inovasi. Ini dapat terlihat pada penggunaan tali “andon” dan kegiatan berdiskusi. Dengan adanya budaya ini, Toyota bisa tetap mampu menghasilkan inovasi inovasi yang tidak kalah dengan perusahaan manufaktur lainnya.

Hal diatas juga didukung dengan kecenderungan Toyota untuk mempraktekkan pengetahuan yang sudah dimiliki dan tidak terpaku dengan masalah yang dihadapi. Dan ini lah hal tersulit untuk direalisasikan didalam perusahaan karena setiap anggota perusahaan biasanya disibukkan dengan aktifitas rutinnya dan tidak memiliki waktu khusus untuk melakukan riset/pengembangan.

sumber: http://www.nexusnexia.com/Manajemen-SDM/inovasi-ala-the-toyota-way.html

Pelajaran “Caring” dari Mayo Clinic

Posted by leopard in Case Knowledge Management on December 20th, 2009 |  4 Comments »

003813pKOMPAS.com – Dalam tulisan sebelumnya kami sudah berbicara mengenai perlunya kita mengubah cara berpikir tentang service atau pelayanan yang umum saat ini. Bahwa tak cukup sekedar fokus pada lima elemen ServQual, yaitu Reliabiliy, Assurance, Tangibles, Empanthy, dan Responsiveness, atau yang lebih dikenal dengan model RATER. Di era new wave ini, dimana dunia semakin horizontal, diperlukan konsep baru tertang service yang kami sebut sebagai caring.

Pertanyaan selanjutnya tentu adalah tentang bagaimana sebenarnya konsep caring ini bisa diterapkan dalam kondisi nyata suatu perusahaan. Dan apakah dengan caring suatu perusahaan benar benar dapat lebih unggul dibandingkan dengan menerapkan konsep service biasa. Untuk itu, dalam artikel ini kami akan membahas lebih dalam mengenai Mayo Clinic. Institusi medis ini menurut kami sudah mengimplementasikan beberapa elemen caring dalam praktek bisnis sehari-harinya.

Nama Mayo Clinic tentu tidak asing lagi bagi para penyedia layanan medis atau healthcare di dunia. Institusi ini secara konsisten selalu mendapat pengakuan sebagai salah satu rumah sakit terbaik di dunia. Majalah US News and World Report tahun 2009 meletakkan Mayo Clinic pada peringkat #2 dalam daftar “America’s best hospitals”. Dalam sebuah survey tahun 2003 yang menanyakan penduduk Amerika Serikat tentang rumah sakit yang akan dipilih untuk kondisi serius, 18 persen menyatakan akan memilih Mayo Clinic. Ini lebih dari tiga kali lipat lebih besar dibandingkan institusi nomor dua yang disebutkan.

Namun kesuksesan Mayo Clinic ini tidak saja berdasarkan faktor umum yang ditemui di perusahaan lainnya. Institusi yang dirintis oleh William Worral Mayo bersama kedua anaknya sejak tahun 1889 ini telah berkembang menjadi rumah sakit yang menerapkan berbagai sistem dan metode yang unik dalam pelayanan pasiennya. Hal ini antara lain adalah pembayaran dokter berdasarkan sistem gaji tetap, bukan berdasarkan volume pasied yang ditangani. Serta budaya kerjasama yang memungkinkan komunikasi setara antara dokter senior dan junior.

Inilah yang menarik Professor Leonard L. Berry, hingga meninggalkan pekerjaan utamanya sebagai pengajar di the Mays Business School, Texas A&M University, selama 5 bulan dari tahun 2001 hingga 2002 untuk menjadi visiting scientist di Mayo Clinic. Pengalamannya inipun dilanjutkan dengan melakukan ribuan wawancara dan penelitian tambahan dari tahun 2002 sampai 2006, hingga akhirnya menghasilkan buku berjudul Management Lessons from Mayo Clinic” yang ditulisnya bersama Kent D. Seltman, mantan direktur marketing Mayo Clinic.

Yang ditemukan oleh Professor Berry sungguh menarik. Salah satunya adalah bagaimana core values Mayo Clinic, yaitu “The needs of he patient come first” bisa dipertahankan selama hampir satu abad sejak pertama kali di artikulasikan oleh William J. Mayo di tahun 1910. Bahkan konsep ini tidak pernah lupa diangkat setiap kali rapat manajemen perlu mengambil keputusan sehubungan dengan layanan pasien.

Ini tentunya sangat beda dengan slogan-slogan “customer first” yang dipergunakan banyak perusahaan untuk menunjukkan adanya layanan fokus pada konsumen. Sering kali slogan ini hanya berhenti di bagian pemasaran, dan tidak menjadi budaya perusahaan yang dijiwai oleh seluruh staff, mulai dari manajemen tertinggi, hingga petugas administrasi. Jadi terlihat bahwa budaya perusahaan itu adalah elemen yang sangat penting dalam menerapkan konsep caring ini.

Mayo Clinic juga tidak pernah berhenti berinovasi dalam memberikan pelayanan. Tapi fokusnya selalu pada kebutuhan pasien, yang tidak selalu sejalan dengan apa yang secara eksplisit diminta oleh pasien. Ini terlihat pada program inovasi Mayo Clinic yang diberi nama SPARC. Program ini, yang dijalankannya bersama IDEO, perusahaan design ternama di dunia, adalah singkatan dari See, Plan, Act, React, Communicate ini adalah upaya ambisius dari Mayo Clinic untuk merombak bagaimana layanan healthcare diberikan kepada pasien.

Yang menarik dari SPARC, setidaknya dari sudut pandang service adalah bahwa fokus utama adalah meningkatkan komunikasi antara dokter dan pasien. Mayo Clinic menyadari betul bahwa semakin pasien mengerti apa yang dihadapinya, layanan yang diberikan akan semakin berhasil, dan hasil perawatan medis akan maksimal. Jadi disini fokusnya adalah memberikan sesuatu yang paling relevan bagi konsumen, bukan sekedar melebihi ekspektasi konsumen.

Hal ketiga yang menarik adalah bagaimana Mayo Clinic benar-benar sadar kekuatan word of mouth. Tumbuh di Rochester, Minnesota, sebuah kota kecil di Amerika Serikat, Mayo Clinic sering disebut sebagai “a big brand from a little town”. Dengan lokasi yang tidak terkenal ini, tentu tidak mudah menarik pasien dari seluruh Amerika Serikat bahkan seluruh dunia.

Dengan budget advertising yang sangat kecil, dan tim marketing yang sebelumnya hanya terdiri atas satu orang (hingga tahun 1991), institusi ini tidak bisa mengandalkan kekuatan above the line promotion di media massa. Oleh sebab itu, sejak lama institusi ini sadar bahwa mereka harus mengubah customer menjadi marketer. Sehingga, seluruh staff diarahkan untuk dapat memberikan layanan yang “worth talking about”.

Seberapa kuatkan word of mouth yang mereka ciptakan? Survey yang dilakukan secara internal menunjukkan bahwa 95 persen dari pasien Mayo Clinic menyatakan bahwa akan secara sukarela menyampaikan hal-hal baik kepada orang lain. Dan tiap pasien menyatakan mereka akan berbicara dengan sekitar 45 orang lain.

Mayo Clinic tidak pernah fokus pada berbagai mekanisme ”lock-in” yang mungkin dapat mempersulit pasien untuk pindah ke institusi kesehatan lainnya. Bahkan salah satu model of care yang diterapkan di sana menyatakan secara eksplisit bahwa Mayo Clinic harus bekerja sama dengan dokter lokal dimana pasien tersebut mungkin akan melanjutkan perawatannya. Jelas bahwa bagi Mayo Clinic, rekomendasi yang diberikan oleh tiap pasien jauh lebih penting daripada apakah pasien itu kembali lagi atau tidak.
==========================================================

Saya akan mencoba membahas artikel ini dari sisi KM goals.

Mayo Clinic menerapkan Normatif Knowledge Goal melalui konsep caring (fokus kepada “kebutuhan” pelanggan, bukan “permintaan”) dengan motto “The needs of the patient come first”. Pada motto tersebut terlihat bahwa Mayo Clinic lebih mengutamakan kebutuhan pasiennya bukan pada kemauan pasien. Dengan konsep caring ini maka pasien akan menjadi antusias dan secara sukarela akan merekomendasikan perusahaan tersebut  kepada orang lain.

Motto tersebut menjadi landasan untuk menentukan Strategic dan  Operational Knowledge Goal.

Mayo clinic juga menghilangkan batasan antar atasan dan bawahan melalui pembayaran dokter berdasarkan sistem gaji tetap, bukan berdasarkan volume pasien yang ditangani, serta budaya kerjasama yang memungkinkan komunikasi setara antara dokter senior dan junior.

Motto “The needs of he patient come first” menjadi core knowledge bagi Mayo Clinic dan diterapkan pada program SPARC(See, Plan, Act, React, Communicate). Seperti dijelaskan pada artikel diatas bahwa SPARC adalah upaya ambisius dari Mayo Clinic untuk merombak bagaimana layanan healthcare diberikan kepada pasien. Dalam SPARC, komunikasi antar dokter dan pasien lebih diutamakan.

Program Sparc menjadi Strategic Knowledge Goal bagi Mayo Clinic.

Pada pelaksanaan operasionalnya, untuk dapat mengerti betul kebutuhan pasien, selain melalui diagnosa, komunikasi yang intens antara dokter dan pasien adalah syarat mutlak. Itulah sebabnya tiap pasien diberi alokasi waktu konsultasi dengan dokter yang lebih lama. Dan tiap dokter tidak akan ragu menjawab semua pertanyaan pasien. Di sini, pasien diperlakukan setara, tidak diremehkan oleh dokter, seperti sering terjadi di banyak institusi kesehatan.

Mayo Clinic juga tidak mempersulit pasien untuk pindah ke institusi kesehatan lainnya dan Mayo Clinic juga bekerja sama dengan dokter lokal dimana pasien tersebut mungkin akan melanjutkan perawatannya.

Kedua hal tersebut adalah contoh dari Operational Knowledge Goal yang diterapkan pada Mayo Clinic yang lebih mengutamakan “The needs of the patient”.

Sumber:  http://bisniskeuangan.kompas.com/read/xml/2009/10/28/09205398/pelajaran.caring.dari.mayo.clinic

Sumber pendukung:  http://bisniskeuangan.kompas.com/read/xml/2009/10/27/20114468/matinya.rater.

Ketika Konsumen Menjadi Inovator (Forum Nokia Developer Community)

Posted by leopard in Case Knowledge Management on December 14th, 2009 |  27 Comments »

1218011p

Di dalam artikel yang berjudul “Ketika Konsumen Menjadi Inovator”, diceritakan bahwa Nokia melalui Forum Nokia Developers Community (www.forum.nokia.com), melibatkan pelanggan antusiasnya untuk mengembangkan produknya. Didalam forum ini tergabung komunitas developer Nokia dari seluruh dunia (Amerika, Eropa, Asia-Pasifik, Timur Tengah, dan Afrika) dengan jumlah anggota mencapai sekitar 4 juta programmer.

Nokia membuka diri dan memberikan perangkat-perangkat yang dibutuhkan oleh komunitas developer tersebut agar mereka dapat mengembangkan dan menyempurnakan teknologi dan fitur-fitur yang dikembangkan Nokia. Forum ini menjadi wadah bagi para anggota komunitas untuk bisa berdiskusi, berbagi pengetahuan dan pengalaman, dan mengekspresikan kemampuan memprogram perangkat lunak aplikasi untuk Nokia.

Secara periodik Forum Nokia juga menggelar acara yang melibatkan pelanggannya untuk merancang produk-produk masa depan Nokia. Acaranya bisa saja dalam bentuk event yang eksperiensial, konferensi (terakhir dilakukan di India pada tahun 2009), kompetisi atau kontes.

—————————————————————————————————

Berikut pendapat saya tentang KM yang menyangkut artikel diatas

Tipe Expert Transfer sangat menonjol di dalam forum ini karena masing masing anggota komunitas saling berbagi masalah dan solusi, dan orang yang memberikan solusi bisa dikatakan sebagai expert atau pakar.

Didalam Forum Nokia Developers Community juga terjadi 3 model transfer knowledge, yaitu Externalization(Tacit to Explicit), Combination(Explicit to new Explicit) dan Internalization(Explicit to Tacit). Sedangkan Socialization(Tacit to Tacit) tidak terlihat didalam karena umumnya dilakukan diluar dari Forum Nokia Developers Community.

Model konsep KM juga terlihat si Forum ini, dimana didalam forum ini ada 3 unsur utama yang dibutuhkan untuk membangun  model konsep KM, yaitu People, Process dan Technology. ‘People’ adalah anggota komunitas itu sendiri, budaya sharing di dalam forum, dll. ‘Process’ adalah kegiatan atau proses yang dilakukan para developer/anggota komunitas untuk memindahkan knowledge dari ‘People’ ke ‘Technology’, mulai dari mengidentifikasi, membangun, menyebarkan, menggunakan, mengevaluasi hingga memelihara dan melakukan perbaikan atau pengembangan. ‘Technology’ adalah forum itu sendiri berserta fasilitasnya.

Dari ke enam proses inti dari KM, didalam Forum Nokia Developers Community lebih kearah  Development dan Sharing/Distribution. Setiap anggota komunitas melakukan sharing knowledge/ide satu sama lain dan dengan sharing tersebut masing masing anggota komunitas bisa melakukan pengembangan  knowledge/ide dalam menemukan inovasi knowledge/ide yang baru.

Secara tidak langsung, melalui Forum ini Nokia membangun rasa memiliki pada para anggota komunitas, karena ide-ide dan knowledge yang digunakan untuk inovasi produk berasal dari mereka sendiri. Di satu sisi, inovasi produk yang dihasilkan juga tidak jauh dari harapan konsumennya karena ide inovasi tersebut juga datang dari konsumen Nokia yang bergabung di Forum Nokia Developers Community.

Masalah yang mungkin dihadapi Nokia dalam forum ini adalah masalah budaya, karena para developer/anggota komunitas berasal hampir dari seluruh dunia (Amerika, Eropa, Asia-Pasifik, Timur Tengah, dan Afrika) yang pastinya memiliki selera, cara pandang, bahasa dan kultur yang berbeda. Untuk itu perlu dilakukan penyelarasan dan adaptasi untuk menghindari salah paham dalam kegiatan sharing dan development di dalam forum.
Dengan adanya Forum Nokia Developers Community diharapkan terciptanya Continuous Innovation (inovasi berkelanjutan) sehingga Nokia memiliki keunggulan kompetitif untuk bersaing.

Maka bisa disimpulkan bahwa dengan adanya Forum Nokia Developers Community, Nokia mencoba memanfaatkan komunitasnya untuk menjadi unit R&D (Resource & Development) atau menjadi think tank, dan menjadi sumber ide pengembangan produk.

Sumber: http://bisniskeuangan.kompas.com/read/xml/2009/11/09/08184872/ketika.konsumen.menjadi.inovator